Sunday, July 1, 2012

The Best Moment Of Sinergy Project 2012


Keberangkatan KEDUBES
                Jumat sore nanti aku akan pergi untuk mengikuti pelatihan SP 12(Sinergy Project 2012). SP 12 adalah nama lain dari PKMF di FIP, pelatihan kepemimpinan tingkat fakultas. Seperti acara pelatihan pada umumnya, panitia membagi kelompok untuk para peserta. Di SP 12 panitia membagi 10 kelompok. Tiap-tiap kelompok memiliki namanya masing-masing, dengan filosofi yang terkandung didalamnya. Aku tergabung dalam kelompok dua, yang mengangkat nama KEDUBES, sebagai nama kelompok. KEDUBES adalah singkatan dari Kelompok Dua Bersatu. Adapun latar belakang nama KEDUBES karena, kelompok dua terdiri dari mahasiswa yang saling berbeda jurusan di FIP bahkan juga, ada yang berbeda fakultas, dan dikelompok dualah, kita dipersatukan.
                Sebelum berangkat, seluruh peserta SP12 brefing terlebih dahulu oleh panitia sekitar jam 13.30. Tugas individuku telah rampung ku kerjakan dalam 5 hari yang lalu, dan tugas kelompok bagianku juga telah aku selesaikan berasama kak Soleha saat mengikuti seminar  hari kamis lalu. Tetapi, sayangnya tugas nametag belum selesai dikerjakan oleh temanku. Aku mewajarkanya, karena temanku yang merampung tugas itu harus mempersiapkan diri untuk UAS lisannya. Akhirnya sesampainya di kampus aku menyelesaikan tugas nametag, yang tinggal sedikit lagi bersama Dian, teman sekelompokku juga. Kelompok kami terdiri dari 8 orang yang kemungkinan akan berangkat, yaitu Aku, Ka Adit, Yudha(ketua), Ratu,Ifti,  Dian, Nurul, dan Ka Soleha.  Namun, sayangnya setelah mengambil bahan nametag yang masih harus diracik, Ka Soleha mengundurkan diri, dan  personil KEDUBES harus berkurang menjadi 7 orang.
                Karena harus menyelesaikan nametag, Aku dan Dian  izin brefing ke Ka Adit, sebagai pengganti ketua kelompok yang sedang ujian, sampai nametag selesai dibuat. Sambil membuat nametag tanganku juga tidak berhenti mengutak-atik HP untuk sms ke teman-teman KEDUBES lainnya. Dian, bersama ku mengerjakan nametag. Ratu, Nurul, dan Yudha harus ujian sampai malam nanti. Ka Adit sedang mengikuti brefing di FIP. Ka Soleha, jelas sudah drop out, tinggal Ifti yang belum ku tahu kabarnya. Dan tanpa terasa nametag pun akhirnya telah terselesaikan. Langsung saja aku dan Dian bergegas menuju FIP. Ka Adit telah menunggu di FIP, dan brefing telah selesai. Dalam perjalanan menuju FIP Ifti sms, dia harus pergi ke Pondok Kopi sebentar. Kemungkinan jam 4 sore sudah kembali. Untungnya hal tersebut sesuai dengan jam keberangkatan seluruh kelompok SP12 nanti.
                Salah satu perbedaan PKMF dan PKMJ adalah pada saat keberangkatan. Kalau saat PKMJ seluruh peserta naik tronton dan ditemani oleh panitia. Tetapi kalau PKMF, seluruh peserta harus berangkat sendiri perkelompok dengan naik angkot atau biasa disebut ngteng untuk sampai di tempat Villa dan mengikuti acaranya. Pukul 16.00 Aku dan Ka Adit sudah siap di depan halte Labschool. Dian memilih pergi bersama teman lainnya yang berasal dari FE, setelah berdiskusi panjang mengenai keberangkatan bersama Aku dan Ka Adit. Ratu, Yudha dan Nurul sudah meminta izin kepada panitia untuk menyusul. Dan Ifti masih dalam perjalanan menuju halte Labschool yang sudah aku dan Ka Adit tunggu. Setelah menunggu sekitar belasan menit akhirnya Ifti tiba juga, bersama syahidah di sampingnya. Syahidah telah ditinggal oleh kelompoknya sejak jam 4 tadi, akhirnya dia pergi bersama kita, kelompok 2, yang saat di sini berjumlah 3 orang. Dan tanpa basa-basi panjang kami langsung berjalan menuju Sunan Giri untuk menunggu 117/P9A. Beruntungnya kami, ketika melihat P9A muncul, saat kami baru lima langkah melewati LabSchool. Aku, Ifti dan Syahidah langsung naik dari pintu depan, dan Ka Adit naik dari pintu belakang. Alhamdulillah, akhirnya, kami berangkat juga meninggalkan kampus. Dengan mengucap Basmallah, kami berangkat menuju Villa.

Malam Pertama SP12
                Sekitar jam setengah sembilan malam, kami sampai di Villa. Alhamdulillah perjalanan kami menuju Villa lancar dan tidak mengalami hambatan yang serius. Setelah turun dari P9A kami turun di Pasar Rebo, dan sholat di musollah yang terdekat dari terminal. Selesai sholat kami naik Bus Kurnia Bakti sampai depan Pizza Puncak. Dari sebrang Pizza, kami jalan menuju Villa.
                Sesampainya di Villa, kami melihat beberapa peserta lain, yang datang terlebih dahulu, berbaris mendengar arahan dari Ka Dipta, sebagai Koor Acara SP 12. Selesai membubarkan barisan yang dipimpinnya, Ka Dipta selanjutnya memberi arahan kepada kami. Hanya sebentar wejengan yang disampaikan olehnya, kami langsung menuju ke kamar kami masing-masing, dan berkumpul kembali pukul 9 tepat.
                Untungnya aku sudah meng-Qhosor Maggrib dan Isya saat tadi di mushola dekat terminal. Jadi tinggal mempersiapkan untuk kumpul jam 9 nanti. Acara pertama pun akhirnya tiba. Acara yang dimulai sekitar pukul 21.00 adalah pembekalan materi tentang Advokasi. Acara ini dimoderatori oleh Ka Aga, Kadept HIMA MP 2012, dan dengan pembicara Ka Arif, mantan Kadept Advokasi BEMUNJ 2011. Saat acara sedang berlangsung, terdapat para peserta yang baru sampai di Villa dan langsung bergabung bersama kami. Setelah materi selesai dan ditutup oleh panitia, terdapat kesimpulan yang baru aku ketahui tentang Advokasi, yaitu Advokasi adalah advokat/pengacara. Bisa digambarkan bahwa orang-orang yang mengemban jabatan sebagai Advokat, harus mampu mengeluarkan vokalnya untuk berbicara dengan lugas, tegas, dan harus mampu berjuang membela mahasiswa dalam mendapatkan hak-haknya yang mungkin telah dimanipulasi oleh kebijakan birokrasi di kampus.
                Selesai materi Advokasi, seluruh peserta kembali ke kamar masing-masing. Aku langsung menyapa Ratu yang terlihat sedang membereskan peralatannya di ransel. Ironisnya, Ratu membawa kabar buruk, yaitu Yudha(sebagai ketua kelompok) dan Nurul mengundurkan diri dalam PKMF tahun ini. Aku hanya bisa menghela napas panjang, dengan semakin berkurangnya personil KEDUBES, menjadi 5 peserta. Selesai berbincang dengan Ratu aku kembali ke kamar dan tidur bersama teman kamarku. Dan yang paling menyenangkan adalah di sampingku ada Syahidah, Sri dan Nur yang tidur dalam 4 kasur yang berdekatan dalam satu kamar.

Cita-Cita Murid Kelas 2 SD Menjadi Ustajah
                Pukul 03.00 dini hari seluruh peserta dibangunkan oleh panitia untuk bersiap-siap Qiyamul Lail dan Sholat subuh berjamaah. Sekitar pukul 04.00 pagi kami semua peserta SP12 Qiyamul Lail bersama yang diimami oleh salah satu peserta pria SP12, dan dilanjutkan dengan Subuh berjamaah. Selesai Subuh, seluruh peserta berkumpul di lapangan. Kami semua membentuk barisan dan menjalankan hukuman kami karena keterlambatan kami untuk sampai di Villa pukul 19.00 tepat. Kami harus lari memutari Villa sebanyak waktu tenggat yang kami lewati, perkelompok. Berakhir di kelompok 10, kamipun baris kembali. Setelah pemanasan lari memutari Villa, kami melanjutkannya dengan senam yang di pimpin oleh Ka Salman. Orang yang tidak asing lagi bagiku. Dia adalah mantan TDK terganas pada saat MPA ataupun LTC di MP dan juga kakak laki-laki terbaik saat MPA. Kak Salman sangat terkenal dengan keprofesionalannya dalam bidang PSDM saat di Hima tahun lalu. Menjadi instruktur senam mungkin adalah hal yang mudah baginya. Dan ternyata benar seluruh peserta senam dengan semangat bersama-sama.
                Setelah selesai senam, kami kembali ke kamar, untuk persiapan mengajar di SD yang tidak jauh dari Villa. Sebelum mengajar, panitia memberi logistik kepada peserta serta setelahnya memberi waktu untuk brefing perkelompok mengajar. Seperti yang telah ditentukan sebelumnya, kelompokku beraliansi dengan kelompok 8, dan baru dibrefing ini kelompokku akhirnya bertemu dengan kelompok 8. Kami pun berunding untuk menkonsolidasikan rencana pembelajaran yang kelompok kami punya masing-masing.
                Sekitar lima belas menit berkonsolidasi dengan kelompok mengajar masing-masing, kamipun berangkat menuju SD  berurutan sesuai dengan urutan kelas. Lapangan SD telah penuh terisi oleh anak-anak berpakaian merah putih yang sedang menanti kami. Begitupula dengan guru-guru dan kepala sekolah, mereka menyambut kami dengan ramah. Setelah upacara pembukaan, kami langsung mulai mengajar. Hanya terdapat tiga kelas di SD ini.  Jumlah 6 kelas,  harus dibagi dua shift, tiga kelas di siang hari dan tiga kelas lagi di pagi hari. Karena panitia telah memberitahu kepada kepala sekolah sebelumnya. Kelas yang seharusnya datang siang, khusus untuk hari ini mereka masuk shit pagi, untuk menjadi murid sementara oleh calon guru yang berasal dari kampus pendidikan. Tiga kelas yang berada di dalam kelas saat ini adalah kelas 1,2, dan 6. Kelas 3,4, dan 5 berada diluar kelas. Panitia SP 12 telah merancang sistem pengajaran yang akan kami lakukan sebelum kami turun mengajar. Saat brefing, kami telah diberi intruksi bahwa dalam waktu 3jam yang telah diberi oleh panitia, terdapat tiga kelas yang akan saling bergantian memakai kelas. Satu setengah jam di kelas dan satu setengah jam di luar kelas. Untungnya kelas yang aku ajarkan termasuk dalam tiga kelas yang menempati tiga ruang kelas terlebih dahulu. Sehingga pengajaran yang nanti akan kelompokku berikan, sesuai dengan rencana yang sudah kami susun sebelumnya.
                Dengan mengucap basmallah dalam hati, aku langkahkan kakiku ke kelas yang telah berisi murid-murid polos kelas 2SD. Begitu banyak dan penuh, kelas 2SD di SD ini. Bahkan jika dilihat dari kelas-kelas yang ada di luar sepertinya kelas ini yang paling banyak muridnya. Kelompok 2 dan kelompok 8 yang beraliansi menjadi kelompok mengajar kelas 2 SD telah baris bersaf menghadap ke seluruh murid di depan kelas. Secara kompak, kami mengucap salam, dan dijawab dengan serentak oleh para murid. Setelah memberi salam dan perkenalan, kami mulai pembelajaran dengan pengenalan jargon, “Anak Cerdas” dan “Tepuk Semangat”, sebagai alat untuk mengkondisikan murid-murid nanti ketika pembelajaran  mulai ricuh dan bosan.  Selanjutnya pembukaan pembelajaraan, kami mulai dengan menyanyi bersama untuk awalan belajar, agar para murid menyukai dengan pembelajaran yang akan kita berikan nanti. Mulai lagu Di sini senang, disana senang sampai lagu pancasila murid-murid mulai asyik mengikuti setiap koor yang kita berikan. Lagu Pancasila mengawali materi pertama dalam rencana pembelajaran kami, yaitu materi kewarganegaraan. Dalam materi ini, kami mengajak siswa-siswi SD kelas 2 untuk belajar dan memahami setiap sila yang terdapat dalam landasan ideologi bangsa Indonesia. Selesai memahami dasar negara, materi selanjutnya adalah bahasa Inggris dan matematika. Dalam materi bahasa Inggris kami memperkenalkan abjad-abjad dalam bahasa inggris disertai lagu ei-bi-ci-di yang membantu murid-murid mencerna pembelajaran serta membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Materi matematika berkisar tentang penambahan dan pengurangan. Dalam memberikan materi pembelajaran –baik  tentang pancasila ataupun tentang bahasa Inggris dan matematika– kami juga memberikan kuis di sela-sela pembelajaran. Walaupun banyak dari beberapa murid yang malu untuk maju di depan kelas, tetapi kuis tetap berjalan menyenangkan.
           Tanpa terasa waktu pembelajaran di kelas sudah hampir selesai. Panita telah memberitahu kami bahwa waktu tinggal 10 menit lagi. Selanjutnya kami harus melakukan pembelajaran di luar kelas. Kami pun mulai mengintruksi murid-murid untuk bersiap-siap  merapihkan buku ke dalam tas dan melanjutkan pembelajaran diluar. Dengan membawa tas para murid berjalan keluar kelas dalam satu barisan didampingi oleh kakak-kakak, yang tergabung dalam aliansi kelompok 2.
                Melihat banyak murid di kelas 2 yang kami ajarkan. Ka Amel, selaku panitia acara, mengusulkan agar kami mengajar di luar sekolah, tepatnya di depan gerbang samping SD yang diteduhi oleh sebuah pohon yang besar. Pembelajaran selanjutnya di luar kelas adalah games. Games yang aku dapati dalam pengalaman mengajar pramuka SD setiap jum’at pagi, disetujui oleh kelompok dan dijadikan daftar rancana pembelajaran. Setelah para murid duduk berhadap-hadapan, dalam dua kubu, yaitu kubu perempuan dan kubu laki-laki, games pun dimulai. Perwakilan setiap kubu maju ke depan untuk adu suit. Kubu yang menang dalam adu suit akan mendapat giliran pertama yang melempar pertanyaan dalam sebuah nyanyian “sedang apa… sedang apa.. sedang apa… sekarang??”. Dan kubu yang kalah akan menjawab pertanyaan dengan nyanyian, lalu melemparkan lagi ke kubu lawannya dalam pertanyaan yang berawal dari jawaban yang telah dijawab sebelumnya. “Sedang makan, sedang makan, sedang makan sekarang, sekarang makan apa? Makan apa sekarang?”, “Makan nasi, makan nasi, makan nasi sekarang, sekarang nasi apa? Nasi apa sekarang?” begitulah ilustrasi games yang berakhir pada kekalahan satu kubu yang tidak bisa menjawab pertanyaan, dan dihukum dengan menyanyi sambil berjoged bersama dalam satu kubu. Setelah antusias bermain games, sekitar 20 menit sebelum penutupan kami memberi kertas origami untuk diisi dengan nama dan cita-cita para murid. Begitu lucu melihat cita-cita yang dituliskan murid SD kelas 2. Seperti siswa pada umumnya, cita-cita mereka ada yang ingin menjadi guru, dokter, presiden, pilot, dll. Tetapi yang paling membuat kami terdiam sesaat dan menghentikan napas sebentar adalah, cita-cita salah seorang siswi yang ingin menjadi ustajah. Subhanallah, jarang sekali ada cita-cita seperti itu untuk anak sekitar 6-7tahunan. Akhirnya waktu 3jam telah selesai kami habiskan dengan pengalaman yang mungkin akan selalu kami kenang. Diakhiri dengan foto bersama, para murid pergi satu persatu keluar dari sekolah setelah bersalaman dengan kami. 

Aksi Tolak Kenaikan BBM Mahasiswa Versus Aksi Ibu-ibu Rumah Tangga
                Acara selanjutnya yang aku nanti-nanti adalah manajemen aksi. Biasanya acara tersebut akan berlangsung sore, seperti saat FGTAC. Ketika aku melihat waktu masih menunjukan pukul satu lewat beberapa menit, ternyata acara yang aku tunggu-tunggu harus menunggu beberapa jam lagi. Itupun kalau perkiraan ku tepat, manajemen aksinya hari ini. Bisa saja besok paginya seperti acara SAC(Social Advanture Camp), yang aku ikuti sebulan yang lalu.
                Setelah istirahat makan dan sholat, acara selanjutnya adalah pembekalan materi tentang Urgensi Kaderisasi. Materi yang paling seru ini, membuat kami seluruh peserta terhanyut dalam diskusi yang dilemparkan oleh pembicara yang berasal dari jurusan yang sama olehku, MP. Pembekalan materi ini bukan hanya sekedar interaksi satu arah ke pembicara, melainkan interaksi ke segala arah. Tanpa tersadar para peserta sebenarnya telah  terinstruksi dengan luwes oleh pembicara, dan menurutku, pembicara sepertinya sedang mengkader kami melalui metode diskusi tanya jawab yang dilemparkan ke seluruh peserta sejak 10 menit awal materi sampai selesai.
                Waktu berlalu tanpa terasa. Panitia datang untuk melanjutkan acara berikutnya. Dimulai dengan meneriaki` jargon SP 12 oleh para peserta. Panitia memberitahukan acara selanjutnya. Ternyata benar perkiraanku acara selanjutnya adalah manajemen aksi. Tetapi karena pembicaranya belum hadir, kami diberi waktu oleh panitia untuk berdiskusi untuk membahas isu apa yang akan kami gaungkan dalam simulasi aksi nanti. Perdebatan isu pun cukup menarik, dengan dimoderatori oleh Komandan FGT, Gilang, seluruh peserta berpartisipasi menyumbangkan idenya.  Terdapat beberapa isu yang terkumpul, yaitu UKT, PILKADA, Pendidikan, dan terakhir isu MPA 2012 yang berlangsung 1hari. Perdebatan berakhir di isu MPA. Walaupun telah disanggah oleh beberapa peserta, isu MPA telah disepakati bersama untuk aksi nanti. Akhirnya pembicarapun telah datang. Seseorang yang sudah tidak asing lagi, mantan ketua BEM UNJ 2011, Ka Aditya Pradipta memasuki ruangan yang telah berapi-api untuk segera memulai aksi yang isunya telah disepakati. Ketika Ka Adit memberi materi, terdengar suara kembang api yang mendebarkan dada kami untuk segera turun aksi. Akhirnya setelah mendengar retorika, dari seorang yang pernah mewakili BEM Seluruh Indonesia di acara Eight Eleven Show untuk menggugat kebijakan kenaikan biaya masuk mahasiswa baru 2011 lalu, kami langsung bersiap-siap untuk turun aksi. Sebelum Ka Adit membiarkan kami  menyeting aksi, Dia memberi sedikit wejengan. Merubah isu yang akan diangkat oleh kami dengan isu yang lebih nasional. Dengan kelihaiannya berbicara, Ka Adit berhasil menegosiasikan kami untuk merubah isu MPA. Dengan persiapan yang terburu-buru dalam 5 menit kami langsung menuju lapangan dengan mengangkat isu BBM. Aksi pertama, sangat buruk, karena mahasiswa terlihat takut pada polisi, yang diperankan oleh pajabat BEM FIP. Diakhiri dengan keos kami pergi meninggalkan lapangan, dan menyeting aksi kedua dengan Ka Adit sebagai fasilitator. Akhirnya setelah evaluasi, dan menyeting aksi kedua, kami kembali menuju lapangan dengan kekuatan yang baru. Sekitar beberapa menit kami aksi, tiba-tiba muncul aksi tandingan yang membuat kami tergelitik sebentar. Dikawal oleh Ka Amel sebagai kordinator lapangan, aksi tolak BBM versi Ibu-ibu rumah tangga dengan memegang peralatan masak dan slayer yang menutupi wajah, mulai mericuhkan aksi kami dengan bisingan suara yang melemahkan suara kami. Polisipun bersiap-siap untuk bertindak terhadap aksi ilegal ini. Sementara Orator dalam aksi kami tidak berhenti menyuarakan orasinya, dan lagu aksi yang membuat kami tetap semangat. Aksipun  berakhir dan ditutup dengan dua tuntutan yang kami sampaikan. Ka Adit kembali menfasilitatori kami untuk mengevaluasi aksi terkhir di bawah kegelapan yang mulai menyelimuti langit. Sedihnya aksi kali ini tidak seseru aksi SAC kemarin, namun aku tetap merasa puas dan tetap merasa bahwa aksi di SP 12 tetap menyenangkan. Apalagi ketika, geng ibu-ibu datang mericuhkan aksi kami.
Performing Kelompok
                Acara yang ditunggu-tunggu untuk melantunkan yel-yel telah di depan mata. Setelah sholat dan makan malam, seluruh peserta SP 12 berkumpul menanti acara berikutnya, presentasi tugas kelompok. Presentasi yang dimulai dengan performing yel-yel dan filosofi dari nama kelompok masing-masing, akhirnya berlangsung. Kelompokku yang tadinya berjumlah 5orang, harus dengan rela hati berkurang lagi menjadi 4 orang. Ka Adit izin pulang setelah sakit sejak materi Advokasi di acara malam pertama. KEDUBES berubah menjadi 4 personil perempuan, aku menyebutnya wonder woman, karena kita, para perempuan ini, masih tetap bertahan dalam acara SP 12 dari jumlah sbelumnya , yang berjumlah 10 personil. Panitia mengacak kelompok yang akan tampil, sesuai keinginanannya.  Sehingga setelah dua kelompok tampil, kami, wonder women, merayu panitia yang duduk didekat kami, agar kelompok yang tampil selanjutnya adalah kelompok kami. Dan ternyata rayuan 4 gadis imut ini berhasil disetujui oleh panitia. Kami pun maju ke depan dengan penuh percaya diri. Dengan jatah waktu 15 menit untuk tampil setiap kelompoknya, kami membuka presentasi kami dengan salam dan filosofi nama KEDUBES, lalu.. inilah saatnya yel-yel… kelompok kami telah siap dengan yel-yel yang sudah kami buat jauh-jauh hari. Seluruh peserta dan panitia tertawa terpingkal-pingkal di saat aku melontarkan bagian dari narasi yel-yel kelompok kami. Berawal dari pembicaraan konyol yang telah kami setting, “…..Lalalala kedubes namanya.. lalalala…”, “etdah, lalala mulu, ganti napah” potongku,”Terus apa dong?” jawab teman-teman. Dengan memutuskan urat malu sesaat, aku lantunkan gaya yang paling memalukan dengan menarik badan ke kiri, dan membentuk telapak tanganku menjadi angka dua, dan dengan luwes aku mengucap “Du….aaa”, “Kelompok istimewa…..” jawab teman-teman secara serempak. Aku merasa seolah  berubah menjadi Ayu Ting-ting ketika mengeluarkan gaya itu.
                Selesai melantunkan yel-yel kami langsung mempresentasikan tugas kelompok kami. Seperti dua kelompok sebelumnya presentasi berakhir tanpa pertanyaan. Tetapi yang membuat aku sedikit tertawa adalah ketika kelompok kami bertanya “ada pertanyaan?” beberapa dari peserta lain malah menjawab “yel-yel lagi dong”. “Nggak!!” jawab kami dengan nada pelan, dan menutup presentasi kami dengan salam. Kelompok selanjutnya pun tampil dan tak kalah hebohnya dari kelompok kami. Ada kelompok 6 dengan sixasik nya, kelompok 3 yang selalu berkata “Kami dari TADI, Kami dari TADI, Kami dari TADI”, TADI adalah singkatan “Tiga Di Sini” . Begitu kreatifnya ternyata kolompok di SP 12.
Menjadi Ketua Kelompok
“Ngiung… Ngiung…. Kepada seluruh peserta harap berkumpul di sumber suara, cepat… cepat  1..2…3……..”. Sekitar pukul 1 malam mungkin, sirene berbunyi memanggil kami yang baru menyelesaikan Qiyamul Lail bersama. Dengan sergap kami baris berbanjar menghadap seorang yang tidak jelas wajahnya, berdiri di depan kami bersama Ka Dipta di sampingnya. Dengan suara lantang ia bertanya pada kami, mengenai materi yang diberikan sejak pra PKMF sampai hari kemarin. Hanya satu atau dua peserta yang menjawab pertanyaannya, dan jika tidak ada yang menjawab lagi pertanyaannya kami harus turun bending. Selesai bending beberapa detik sirene dan panggilan yang sama mengaung lagi dari arah yang berbeda. Kami pun berjalan menuju suara dengan intruksi yang dikoor olehnya. Seseorang dengan wajah yang lagi-lagi tidak jelas  berdiri dengan melontarkan koor kepada kami untuk berorasi mengenai Urgensi PKMF, awalnya tidak ada yang maju. Hinggga hitungan berahir kami harus  bending lagi. Lalu dengan menawarkan perintah yang sama belum ada di antara kami yang berani maju ke depan. Tanganku telah gemetar sejak tawaran awal ketika tidak ada satupun yang maju. Otakku tak berhenti merangkai kata untuk maju ke depan, karena tidak ingin dianggap pecundang yang lebih memilih bending dari pada maju ke depan. Dengan menghela napas dalam-dalam dan hitungan yang dilontarkan olehnya masih sampai di hitungan ke 2… Aku berusaha mengangkat tanganku dan mengeluarkan suaraku yang belum terkeluarkan sejak awal membentuk barisan. Tetapi sayang, detak jantungku yang berdebar sangat kencang berubah melemah ketika seorang pria telah maju di depan. Aku rapatkan kembali jemari tanganku yang terbuka lebar untuk maju ke depan. Selesai orasi yang diberikan oleh Ka Habibi, dan Ka Arif selanjutnya. Lagi-lagi sirene dengan panggilan yang sama memanggil untuk segera kami hampiri. Dengan kondisi yang sama, lagi-lagi seseorang melemparkan perintah kepada kami. Kali ini perintahnya adalah menyimpulkan kegiatan pengabdian masyarakat yang telah kami lakukan tadi pagi, mengajar di SD. Langsung beberapa saat setelahnya seorang perempuan mengajukan diri menjawabnya. Seseorang yang aku kenal yang juga bagian dari KEDUBES. Dian dari FE. Dalam hati aku merasa risau, kenapa dari tadi anak FE mulu. Ka Arif, Dian, anak FIPnya masih belum keliatan. Selesai Dian berbicara di depan, dengan suara lantang dan jelas dari belakang kami, tiba-tiba berteriak  “Mana anak FIPnya???” “Perasaan ini PKMF FIP”. Hatiku semakin gusar dan kesal. Baiklah aku tidak ingin jadi pecundang. Buang urat malu keraskan suara. Kali ini aku harus maju. Hmm.. lagi-lagi aku tersusul oleh seorang pria yang mengangkat tangannya lebih dulu. Dan setelah selesai pria itu beretorika di depan, aku langsung mengangkat tanganku. Tatapi, stelah aku berkata “Saya” dengan mengangkat tangan kananku. Tiba-tiba aliran otakku berubah menjadi dingin, dan sedikit godaan hatiku menggusar, “kenapa harus aku yang maju”. Aahh… langsung saja hati risauku tadi menepisnya. Ah, biarin aja, yang penting perempuan harus ada yang maju gantikan retorika anak FE tadi. Bismillahirahmanirahim… aku mulai berbicara. Dengan sedikit gugup dan terbata-bata aku rangkai retorikaku, dan di akhiri dengan pekikan “Hidup Mahasiswa” serta salam penutupnya. Jelas sekali yang aku ingat hanya salam pembuka dan penutup. Aku tidak ingin mengingat  kata-kata yang aku ucapkan di tengah. Aku butuh banyak belajar untuk berbicara di depan umum lagi.
                Alhamdulillah akhirnya setelah selesai beretorika tentang pengabdian masyarakat tadi, kami membentuk barisan baru menjadi 5 barisan. Dua barisan pria, tiga barian wanita. Sialnya barisan terbentuk setelah kami kembali ke kamar mengambil alat tulis, sehingga membuatku berada di barisan terdepan. Karena semalam aku telah menyiapkan alat tulis sehingga nanti aku akan mudah mencarinya, membuat aku paling cepat urutan ke-3 untuk sampai dibarisan lebih dulu. Dan karena berada di barisan terdepan serta rujukan suara yang berada dibelakang, aku akhirnya menjadi ketua kelompok. Aku bukanlah seseorang yang ingin menjadi pemimpin. Aku lebih suka mengkonsep dari belakang, dan mensuport pemimpin, ketimbang menjadi pemipin. “Nur, kamu yakin?” tanya ku pada Nur yang ternyata menjadi bagian dari kelompokku, “Iya Vera aku yakin kamu bisa” jawab Nur dengan tegas. Perkataan dari Nur membuatku lebih tenang dari sebelumnya. Hatiku yang gusar karena takut menjadi pemimpin perlahan hilang begitu saja. Setelah beberapa kelompok pergi meninggalkan barisan dan mulai bertualang dengan kelompoknya. Kelompokku masih menunggu giliran. Kelompokku adalah kelompok 5 yang terdiri dari beraneka ragam kelompok SP 12 dan berjumlah 10 orang. Hanya aku dan Dian yang berasal dari kelompok yang sama. Selebihnya tidak ada lagi kelompok yang sama.
                Sambil menunggu giliran, kita membuat strategi untuk membiarkan lilin agar tetap menyala. Setelah beberapa menit membuat strategi, kami langsung berjalan menuju  pos pertama. Dengan formasi 3-3-3-(1) kami berjalan beriringan. Tiga orang di barisan depan, tiga orang di tengah, dengan lilin yang dibawa oleh Sri, yang berbadan lebih kecil, berada di tengahnya, tiga orang di belakang, dan aku berada di luar barisan memandu dan mencari gelas aqua untuk jadi wadah lilin. Setelah berjalan cukup jauh, kira-kira 4/5 meter, kami melihat pos satu yang terlihat samar-samar, dari jalan panjang yang lurus ini. Langkah kami diberhentikan dengan suara yang keras dan lantang “Berhenti di situ!”, teriaknya. Hal ini kami manfaatkan untuk mendekor lilin dengan aqua sebagai wadahnya. Tiba-tiba dalam beberapa menit setelah dekoran selesai, suara lantang yang tadi, kembali berteriak memanggil kami. Jarak yang jauh dan waktu yang tidak memungkinkan untuk dijangkau, memutuskanku untuk mengkoor teman-teman agar berjalan tidak begitu kencang sehingga lilin tetap terkondisi dengan baik. Kami harus menjaga api lilin ini, mengingat korek api yang kami pegang hanya tinggal 2 batang lagi.
                 “Bending 10 kali” perintah senior yang tak asing lagi bagi kami warga FIP. Beberapa pengurus BEM FIP berada di pos ini, dan seluruhnya adalah laki-laki. Setelah menjalani hukuman kerena keterlambatan kami sampai di pos 1, mereka bertanya pada kami siapa ketua kelompoknya. Dengan melangkah ke depan aku menjawab “Saya kak”. “Sebutkan nama dan jurusan, dan perkenalkan anggota kelompoknya”. Akupun mengenalkan diriku beserta teman-teman kelompokku yang baru terbentuk sekitar setengah jam yang lalu. Setelah kembali ke barisan, panitia melemparkan pertanyaan klasik yang pernah aku dapati saat PKMJ. Bedanya kali ini aku adalah ketua kelompok yang harus menjawab pertanyaan klasik itu. Dengan tegas aku jawab bahwa aku menjadi pemimpin karena kesepakatan bersama. Mereka terdiam sesaat dan kembali mencecerku apakah aku mengajukan diri atau terpaksa karena berada di depan. Aku menjawab dengan penjelasan awal, bahwa aku bukan seseorang yang ingin menjadi pemimpin, namun karena kepercayaan teman-teman kelompok, Insya Allah aku siap menjadi pemimpin. Mereka tidak puas dengan jawabanku dan bertanya langsung kepada teman-temanku apakah aku pantas menjadi seorang pemimpin. Dengan tegas pula, teman-temanku menjawab kalimat persetujuan aku sebagai ketua kelompok mereka  dengan penuh keyakinan.   Aku terharu dan terhanyut mendengar jawaban teman-temanku. Dan jawaban yang paling ku ingat adalah pernyataan yang diungkapkan oleh Sri dan Nur, teman ku di FGT. Mereka begitu tulus mengungkapkannya. Mungkin kalau tidak ada kakak kelas dan teman-teman lainnya, aku sudah memeluk mereka sambil mengucap “benarkah?”. Aku bahkan tidak sadar aku seperti apa. Tetapi mereka menggambarkan aku begitu baik. Aku tidak boleh terhanyut begitu saja dengan pujian. Aku masih dalam proses belajar. Bahkan yang membuat aku tidak mampu berkata sedikitpun adalah ketika kakak senior kembali bertanya, apakah aku adalah orang yang disiplin?. Sesaat muncul kembali ingatanku tentang PKMJ lalu. Aku adalah peserta putri pertama yang mendapat hukuman karena terlambat berkali-kali. Kejadian memalukan yang membuatku harus mencuci piring dengan 4 anak laki-laki yang terkenal badung, membuat aku seakan terlabel buruk dan kurang disiplin. “Banding 5x” teriak seniorku melihat aku diam tidak menjawab sepatah katapun. Akhirnya pos satu terselesaikan dengan ujian bertubi-tubi yang mencecar kepemimpinanku. Kami pergi meninggalkan pos satu dengan dihadiahi sebatang korek api, dan pesan yang melekitkan hatiku. “pikirkan kembali siapa yang pantas menjadi ketua kelompok, kalo kalian merasa dia tidak pantas, ganti aja dengan yang lain”. Sayangnya hirauan kakak senior itu tidak membuat kami bercerai pikiran. Beberapa langkah setelah meninggalkan pos satu aku meminta maaf kepada teman2ku yang masih belum mampu menjadi pemimpin yang baik. Namun, belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, beberapa teman langsung memotongnya. “Ah, udah gak usah dipikirin, mereka mah cuma nguji kita doang tau” ucap salah satu temanku, dan yang lainpun juga mengiyakannya, bahkan ada yang juga menambahkan semangat agar kami tetap kompak!. Salut sekali aku berada di kelompok 5 ini. Mereka yang berada di sini aku yakin, adalah orang-orang yang lebih baik kepemimpinannya dibandingkan kepemimpinanku. Tetapi, mereka dengan ikhlas mau dipimpin oleh ku. Terima kasih teman-teman kelompok 5.
                Alhamdulillah cahaya lilin berakhir di depan Villa kami. Setelah melewati beberapa pos akhirnya petualangan kami berakhir juga. Di pos satu kami mendapat materi tentang kepemimpinan, di pos dua kami mendapat materi tantang organisasi, dan di pos tiga dengan membawa pesan sebuah lagu untuk kak Cahyadi dan Ka Nindi, kami mendapat materi tentang kontribusi, serta yang tercatat di kertas sampai sekarang ini adalah ketika di pos empat. Kami menuliskan komitmen kami terhadap organisasi.
 
 Kejutan Tak Terduga
                Aku berjalan dengan Nur keliling villa perempuan dan melihat tali rapia yang tersusun menjadi sebuah outbond yang sudah pasti untuk acara selanjutnya. “Hmm.. permainan yang kalasik, panitianya itu-itu lagi, pertanyaannya pasti itu-itu lagi, materinya juga itu-itu lagi”, ucap Nur dengan gaya tangannya sambil menkritik acara ini. “pesertanya itu-itu lagi juga” sahutku sambil tertawa. Dan kami pun tertawa sejenak. “Mungkin karena sering mengikuti acara yang ini, yang itu, jadinya kita seakan sudah bosan ya?”  tanya Nur lagi kepada ku “iyah kayanya” jawabku dengan pelan sambil berfikir. Memang benar, kenapa acara pelatihan selalu seperti ini? Apa karena aku dan Nur kebanyakan ikut ini ikut itu kali ya? Trus kalo kita nggak ikut, aku malah lebih kesal karena nggak dapat pengalaman yang seru dan jarang seperti ini. Yah walaupun jarangnya mungkin sebulan sekali lah. “Ver, kalo nanti kita jadi panitia nggak usah ada outbond ah, ganti yang lain gitu” ucap Nur sambil melihat outbound yang berada di lapangan.
                Rasa jenuh aku dan Nur, ternyata juga dirasakan oleh Syahidah, Sri dan Ifti. Kita pun akhirnya berbincang, tentang bagaimana menyeting acara pelatihan agar lebih seru dan tidak terlihat klasik. Berawal dari menyeting acara PKMF tiba-tiba kami malah berubah haluan ke PKMJ. Dan pembicaraan tentang PKMJ malah semakin seru kami perbincangkan, karena beberapa bulan lagi kami akan menjadi panitianya kelak. 
                Saat outbondpun tiba. Seluruh peserta telah mengganti kostumnya dengan kostum siap kotor. Seakan melupakan perbincangan di teras villa, aku, Nur, Sri, Syahidah, dan Ifti mengikuti outbond dengan semangat. Dan lagi-lagi politik ala anak FGT ini berhasil. Kami berlima sekelompok lagi, seperti saat di SAC. Dan outbondpun kami libas dengan hanya memenangi satu permainan. Mungkin ini dosa kami karena telah menganggap bahwa outbond ini adalah permainan kalasik. Saat mengkritik outbond ini, sayangnya kita lupa bahwa taktik kami untuk memenangkannya juga taktik klasik yang akhirnya membuat kami terkalahakan oleh lawan.
                Setelah outbond selesai kami langsung berjejer menunggu antrean untuk mandi. Dengan kamar mandi yang luasnya kira-kira cukup untuk menampung 1-3 orang mandi, pasukan FGT yang berjumlah 5 orang yang tubuhnya kecil-kecil, memaksakan diri untuk mandi bersama. Untungnya tidak terlalu sempit untuk berkali-kali mengguyur di sana sini.
                Bunyi sirene memanggil kami kembali. Dengan menenteng almemater dan mengendong tas gemblokku aku berjalan bersama teman-teman menuju sumber suara. Kamipun berbaris berbanjar mendengar arahan dari Ka Dipta. “Seperti yang pernah dikatakan sebelumnya, bahwa ada tiga reward yang akan panitia berikan, peserta putri terbaik, peserta pria terbaik, dan kelompok terbaik” ucap Ka Dipta dengan memegang sebuah kertas di tangannya. “Peserta putri terbaik.. Bismillahirahmanirahim.. Vera Latifah..”. aku diam sejenak mendengar kata-kata kakak senior yang telah memberiku begitu banyak teladan yang baik. Masih tidak percaya aku malah terbingung-bingung  dan bertanya kepada Nur, Syah, Sri dan Ifti “Ko aku, ko bisa…” mereka hanya berkata “ayo Ver maju ke depan” atau “ciee”. Aliran darahku berubah menjadi dingin dan kaku. Mungkin ini yang disebut nervous, aku hanya senyum kecil dan masih tidak percaya. Dan tergugup menerima penghargaan yang telah dibuat susah payah mungkin oleh panitia. Hanya ucapan terima kasih kepada Allah dan kakak kelas yang telah percaya memilihku  yang bisa aku lantunkan dalam hatiku berkali-kali. Semoga aku bisa setara dengan penghargaan yang besar ini. Aku masih ragu dan melihat penghargaan ini begitu tinggi dan posisi diriku seakan berada dibawah beberapa meter darinya. Tetapi dibalik keraguan yang aku rasakan, ada yang lebih penting yang harus aku tahu. Bahwa aku harus menjaga kepercayaan ini, kepercayaan yang telah diberikan oleh mereka –kakak-kakak yang telah memilihku– dengan semangat kosnsistenku dan semangat untuk terus belajar.
                Masih dengan tergugup aku berfoto dengan peserta pria, Nur Rahman, terbaik dan didampingi oleh Kak Nindi dan Kak Hadi. Selanjutnya adalah penghargaan untuk kelompok terbaik. Dan ternyata kelompok six-asik yang mendapatkannya, kelompok 6.
                Dengan ditutup doa bersama acara SP 12 pun berakhir. Seluruh peserta menaiki angkot yang telah disediakan panitia. Angkot yang telah berjejer di depan kami akan mengantarkan sampai pasar Cisarua. Setelah samapai di Cisarua kami berpencar dan pulang masing-masing dengan bus-bus yang tersedia di dekat pasar yang akan mengantar kami selanjutnya untuk pulang, sampai di rumah.